Sabtu, 15 Oktober 2011

Bulir Dari Angka-angka Mati


Bulir ini tertuang tak mampu tertahan
Termenung mengalir deras bersama sang waktu
Aku berfikir sejenak . . . .
Aku berbicara tanpa kata . . . .
Hanya bulir ini yang mewakili
Mengalir, mengalir dan mengalir
Mengukir kantung mata dengan gurat pedih
Sungguh sangat pedih . . . . .
Ketika di kata aku berucap “akan”,
Namun di hati aku bermakna “masih mencoba”.

Untuk apa mencoba !
Lantang jiwaku menyuarakan kepedihan
Namun dalam tempo yang bersamaan,
Ragaku bersama segenap pengindraanku bertolak-
Pada Sang Jiwa

Dan sungguh, . . . .
Sang Jiwa menangis tersedu karna malu
Sedang sang bulir ini setia menyuarakan-
Kepedihan Sang Jiwa
Ketika Sang Jiwa merasa di dustakan oleh-
Gerak tubuh dengan penuh keterlenaan,
Penuh mimpi dengan gejolak yang tak tentu,
Dan kinipun tinggal catatan “angka-angka mati”-
Yang menjadi saksi bisu
Maka kumohonkan
Ampuni Ketidak-berdayaan Hamba-Mu Yaa Rabb
Maafkan Sang Jiwa yang terlena